Sabtu, 05 April 2014

Antibiotik Profilaksis Bedah


Merupakan pemberian antibiotik sebelum adanya tanda dan gejala infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya manifestasi klinik infeksi tersebut yang diduga akan/ bisa terjadi. Harus dibedakan dengan terapi dini, dimana infeksi sudah ada walaupun belum jelas secara klinis. Walaupun demikian, terapi dini masih dapat dikatagorikan sebagai profilaksis.

Tujuan

Dari regimen dosis, rute, saat dan lama pemberian antibiotik profilaksis bedah, dapat dicapai kadar cukup tinggi dalam plasma, urin, jaringan selama - hingga beberapa saat sesudah operasi berakhir, yakni periode dimana resiko terjadinya pencemaran / kontaminasi paling besar.

Indikasi

Antibiotik bedah diberikan setiap operasi yang mengandung resiko besar untuk mengalami infeksi (misal reseksi kolon elektif) atau operasi yang tidak mengalami infeksi, tapi bila terjadi infeksi akan berakibat fatal atau menimbulkan konsekuensi berat (misalnya pemasangan implan atau prostese)

Penderita

Kondisi penderita harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh antibiotik profilaksis antara lain dengan mengingat ada riwayat alergi, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan sebagainya.

Antibiotika dan Jenis Kuman

Pada umumnya, dipilih jenis antibiotik efektif terhadap jenis kuman yang paling potensial untuk menimbulkan infeksi; dengan catatan jenis antibiotik tersebut tidak harus efektif terhadap semua jenis kuman yang mencemari luka operasi atau sudah ada di daerah operasi.
Dengan mengurangi jumlah kuman potensial tersebut di atas sudah memadai untuk menunjang daya tahan penderita sehingga manifestasi klinik infeksi dapat dicegah. Seyogyanya diberi antibiotik spektrum sempit yang memenuhi kriteria efektif. Sebagian besar infeksi pasca bedah disebabkan kuman-kuman yang berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan (kuman endogen).
Pada penderita rawat inap yang berkepanjangan, seringkali penderita yang bersangkutan sudah dihinggapi kuman-kuman yang multiresisten; menghadapi kedaan ini seharusnya diketahui jenis dan pola resistensi kuman terhadap antibiotik di Rumah Sakit/ UPF yang bersangkutan, dan perlu dilakukan modifikasi pada pemilihan jenis antibiotik profilaksis bedah. Oleh karena itu harus diusahakan agar masa rawat inap pra bedah sependek mungkin agar penderita belum dihinggapi oleh kuman Rumah Sakit yang multiresisten.

Dosis

Disesuaikan dengan tujuan pemberian dengan mempertimbangkan farmakokinetik antibiotik yang bersangkutan dan kondisi penderita (adanya gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, dsb.)

Rute Pemberian

Pada umumnya secara parenteral, baik intravena (i.v.) atau intramuskuler (i.m.). Pada keadaan tertentu dapat dipertimbangkan pemberian secara supositoria rektal (misalnya metronidasol)

Saat Pemberian

Pemberian i.v. dilaksanakan segera setelah induksi anestesi. Perlu koordinasi dengan ahli anestesiologi dan antibiotik yang bersangkutan tersedia di kamar operasi.
Pemberian i.m. dilaksanakan bersamaan dengan premedikasi. Pemberian sup.rektal (metronidasol) diberikan 2-4 jam sebelum dimulainya operasi.

Lama Pemberian

Tujuan profilaksis akan tercapai bila kadar antibiotik di dalam plasma, urin atau jaringan cukup tinggi selama operasi berlangsung sampai dengan 4 jam setelah terjadinya pencemaran kuman kedalam luka operasi. Pada umumnya diberikan dosis tunggal. Pada operasi yang berkepanjangan, dapat diberikan dosis tambahan selama operasi berlangsung.
Pemberian dosis tambahan pasca bedah tidak ada manfaatnya kecuali bila indikasi pemberian lanjutan adalah untuk terapi dini, yakni pada jenis operasi tercemar atau untuk terapi pada operasi kotor.
Pada pemasangan drain, kateter dan sebagianya pemberian antibiotik profilaksis tidak perlu dilanjutkan.

Antibiotik Topikal

Tidak dianjurkan kecuali pada operasi mata dan pada kehilangan permukaan kulit yang luas.

Kategori Jenis Operasi

1. Bersih
  • Operasi tidak mengenai/ menembus saluran nafas, saluran kemih, saluran cerna, rongga orofaring.
  • Tidak ada inflamasi.
  • Tidak terjadi kesulitan teknis operasi.
Indikasi Profilaksis
  • Pemasangan implan/ protese yang permanen.
  • Penderita adalah pembawa (carier) kuman patogen.
  • Adanya infeksi di tempat lain di luar daerah operasi.
  • Riwayat penyakit katup rematik atau telah memakai katup buatan.
  • Penderita dengan tuberkulosis (pemberian tuberkulostatika untuk mencegah penyebaran milier)
  • Mungkin perlu profilaksis pada: - diseksi jaringan yang luas, - vaskularisasi jaringan terganggu/ jelek, - pemakaian obat imunosupresif.
Lama Pemberian Obat
  • 1 - 2 dosis.
2. Bersih Tercemar
  • Menembus rongga orofaring, saluran nafas, saluran cerna tetapi tidak banyak terjadi pencemaran.
  • Mengenai saluran kemih/ empedu, pemotongan apendiks/ kandung empedu.
  • Tidak terjadi kesulitan teknis operasi yang berat.
Indikasi Profilaksis
  • Diseksi leher dan masuk ke orofaring.
  • Reseksi lambung (Ca), membuka kolon, ileum bagian distal.
  • Operasi yang menembus saluran empedu (extrahepatal).
  • Operasi yang menembus saluran kemih.
  • Operasi yang menembus vagina.
Lama Pemberian Dosis
  • 1 - 2 dosis
3. Tercemar
  • Pencemaran dengan isi dari saluran cerna.
  • Luka akibat trauma yang baru terjadi.
  • Operasi pada saluran kemih/ empedu yang terinfeksi.
  • Terjadi kesulitan teknis operasi yang bermakna.
Indikasi Profilaksis
  • Operasi yang menembus: - saluran empedu yang terinfeksi, - saluran kemih yang terinfeksi, - daerah radang akut tanpa pembentukan nanah.
Lama Pemberian Dosis
  • Dilanjutkan; terapi dini, biasanya tidak lebih dari 48 jam.
4. Kotor Terinfeksi
  • Luka akibat trauma yang lebih dari 6 - 8 jam setelah kejadian.
  • Infeksi klinis.
  • Perforasi dari organ tubuh (viscera) akibat trauma maupun infeksi.
Indikasi Profilaksis
  • Pemberian antibiotik dikatagorikan sebagai terapi dan bukan profilaksis.
  • Dapat dikatagorikan sebagai profilaksis pada operasi yang dilakukan:
  • Pada jaringan yang sehat akan dilewati/ dicemari oleh nanah.
  • Dengan tujuan mengantisipasi penyebaran kuman secara hematogen tanpa infeksi sistemik, pemberian antibiotik tidak perlu dilanjutkan.
Lama Pemberian Dosis
  • Dilanjutkan sesuai dengan perjalanan klinis dari infeksi sistemik.
  • Pada drenase abses yang adekuat.

"Jangan melakukan hal di atas, kecuali yang berkopeten dan profesional."
Tulisan ini sebagai belajar coschapku. Sumber PDT.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Fb : Uni Ks

Email : ks.yuni@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar